CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 22 Oktober 2010

Tranfusi Darah

2.1 Proses Pengkajian Tranfusi darah
Proses transfusi darah atau komponen darah merupakan prosedur keperawatan. Perwat bertangung jawab untuk mengkaji sebelum dan selama transfusi darah serta mengatur transfuse yang dilakukan. Apabila pasien terpasang selang IV, perawat harus mengkaji tempat pungsi vena untuk melihat adanya infeksi atau infiltrasi. Perawat juga harus menentukan bahwa kateter yang dipakai oleh klien adalah mengunakan kateter berukuran 18-19. kater dengan ukuran besar meningkatkan aliran karena molekul darah dan komponen-komponennya ledih besar dari pada molekul cairan IV.
Kateter yang besar juga mencegah hemolisis. Pastikan bahwa kateter paten dan berfungsi dengan baik. Selang untuk transfuse darah memiliki filter di dalam selang dan harus di bilas hanya dengan menggunakan cairan normal salin 0.9%. pemakaian larutan lain akan menyebabkan hemolisis.
Pengkajian Pratransfusi darah juga meliputi penkajian informasi dari klien. Perawat menanyakan apakah klien mengetahui alasan mengapa dilakukan transfuse darah dan apakah klien pernah menjalani tarnsfusi darah atau mngalami transfuse sebelumya. Seorang klien yang pernah mengalami reaksi transfusi biasanya lebih beresiko untuk kembali mengalami reaksi tersebut pada transfusi berikutnya. Namun klien mungkin cemas tentang akan dilakukannya transfusi., hal ini memerlukan intervensi keperawatan.
Pengkajian pratransfusi harus mencakup pengukuran dasar tanda-tanda vital. Hasil pengukuran ini harus dicatat sebelum perawat memberikan produk darah, karena perubahan TTV dapat mengindikasikan terjadinya reaksi. Saat melakukan transfusi, perawat menjelaskan prosedur, meminta klien melaporkan setiap efek samping yang timbul, dan memastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan ( inform Consent) perawat kemudian mengikuti prosedur yang telah di tetapkan untuk pengambilan produk darah.,perawat memeriksa idsentitas produk darah, klien dan kecocokan darah yang akan di infuskan dengan darah klien. Infuse dimulai secara perlahan. Pertahankan infuse, pantau efek samping, dan cata transfus.
Selam pemasukan infuse darah, klien beresiko mengakani reaksi terutama selama 15 menit pertama. Oleh karena itu, perawat harus tetap bersama klien dan mengkaji warna kulit serta tanda vital klien.perawat harus memantau klien dan mengukur TTV secara periodic selama transfusi sesuai dengan kebijakan lembaga ( umumnya 15 menit) Perawat mengukur tanda vital ketika suatu reaksi di duga akan muncul. Kecepatan transfusi biasanya tertulis dalam resep dokter. Idealnya, sebuah unit darah utuh atau sel darah merah kemasan di transfusikan dalam 2 jam. Namun, seorang klien dengan toleransi cairan yang rendah dapat menjalani terapi lebih dari 4 jam( Potter& Perry, 1995)

2.2 Protokol untuk Pemberian Darah dan komponen Darah
1. Periksa pesanan dokter untuk darah atau komponen darh yang spesifik dengan tanggal pmberian transfuse darah yang benar
2. Periksa inform consent pasien
3. Dapatkan riwayat transfuse klien, dan laporkan segala insidens dari reaksi yang merugikan selama atau setelah transfuse darah sebelimnya.
4. Ikuti prosedur yang di tetapkan untuk tipe dan pencocokansilengan terhadap terapi darah dan komponen darah.
5. Buat tempat jalur perifer atau jalur paten. Untuk menjamin keamanan pemberian produk darah bagi pasien-pasien dengan kateter multilumen, cadangakan satu lumen kateter untuk infuse darah dan komponen darah. Teknik ini meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi untuk pasien-pasiea dengan kateter ini.
6. Pilh selang yangn tepat, semua darah dan komponennya harus diberikan melalui penyaring yang di desain untuk menahan bekuan darah dan debris lainnya.ikuti kebijakan institusi untuk pengunaan penyaring yang tepat.
7. Personil bank darah yang mengeluarkan unit darah dan personil keperawatan yang meberikan transfusi harus mengidentifikasi produk darah, nomor identifikasi pada formulir permintaan transfuse, dan informasi yang identik pada rekam medik resipien.
a. Nomor identifikasi dan nama pada gelang tangan paisen harus sesuai dengan nama dan nomor pada unit transfusi dan pada label kompatibilitas.
b. Golongan ABO dan Rh donor harus terdapat pada unit darah donor dan formulir permintaan transfusi.
c. Golongan ABO dan Rh pasien ( resepien ) harus terdapat pada formulir permintaan transfuse. Periksa kompatibilitas ABO dan Rh antara pasien (resepien) dan donor.
d. Periksa tanggal kadaularsa pada kantung darah.
e. Periksa produk darah terhadap abnormalitas.
f. Minta pasien untuk mengidentifikasi dirinya sendiri dengan menyebutkan nama lengkapnya. Jika pasien tidak dapat menyebutjkan namanya, ikuti prosedur institusi dalam memvalidasi identifikasi pasien. Jangan berikan darah pada pasien tanpa mengidentifikasi gelang atau label yang benar dan tepat.
g. Jelaskan prosedur pada pasien
h. Dapatkan ijin tertulis jika di perlukan oleh institusi.
i. Informasikan pada klien mengenai efek-efek yang merugikan dari transfuse darah dan minta pasien untuk melaporkan gejala-gejala yang dialami dengan cepat pada perwat atau dokter.
j. Setelah proses identifikasi, orang yang memulai transfusi dan orang lain yang memeriksa kebenaran produk harus mencatat tanggal, waktu, dan tanda tangan mereka pada formulir per\mintaan transfuse.
2.3 Langkah-Langkah pelaksanan Transfusi Darah
LANGKAH RASIONAL
1. Jelaskan prosedur kepada pasien. Kaji pernah atau tidaknya klien menerima transfuse sebelumnya dan catat reaksi yang timbul apabila ada.
2. Minta klien untuk melaporkan adanya mengigil, sakit kepala, gatal-gatal, atau ruam dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan.
4. cuci tangan dan kenakan sarung tangan
1. Klien yang pernah bereaksi terhadap transfuse darah sebelumnya dapat memiliki ketakutan yang lebih besar untuk mendapatkan transfuse selanjutnya. Peristiwa lalu, yakni klien pernah menunjukkan reaksi tertentu, dapat meningkatkan kejadian tersebut berulang lagi
2. Ini adalah tanda-tanda reaksi transfuse, pelaporan yang benar dan penghentian transfusi dapat membantu meminimalkan reaksi.
3. beberapa lembaga mewajibkan klien menandatangani surat perjannian sebelunm mendapatkan transfusi
4. Mengurangi resiko penularan bakteri HIV, hepatitis, dan bakteri lainnya yg di tularkan lewat darah.
5. Pasang selang Iv dengan mengunakan kateter ukuran 18-19.
6. Gunakan selang infuse yang memilki filter di dalamnya, selang juga harus merupakan set pemberian tipe-Y
7. Gantungkan botol larutan salin normal 0,9 % untuk di berikan setelah infuse darah selesei.
8. Ikuti protocol lembaga dalam mendapatkan produk darah. Minta darah pada saat anda siap mengunakanya
9. Bersama perawat lain yang sudah berlisensi, identikasi produk darah dan klien dengan benar.
a. Pertiksa etiket kompatibilitas yang menempel pada kantung darah dan informasi pada kantung tersebut.
b. Untuk darah lengkap, periksa golongan darah ABO dan tipe Rh yang terdapat pada catatatan klien
5. Kateter dengan ukuran besar mempermudah masuknya seluruh darah dan mencegah hemolisis
6. Filter penyaring debris & dan bekuan-bekuan kecil darah set tipe- Y memungkin pemberian produk tambahan atau volume exspander dengan midah dan dapat segera memasukkan isotonic NaCl 0,9% setelah infuse isotonic sebelumnya selesei.
7. Memberikan larutan isotonic untuk mempertahankan kepatenan vcena. Larutan isotonic menvegah hemolisis sel darah merah.
8. Darah lengkap (whole blood) atau kemasan sel darah merah harus di simpan dalam tempat yang dingin ( 1-6 derajat C)
9. Satu orang perawat membaca dengan keras sementara perawat lain mendengarkan dan memeriksa ulang informasi. Mengurangi resiko kesalahan.
a. Memeriksa bahwa golongan darah ABO, tipe Rh, dan jumlah unit sesuai
b. Meriksa kesesuaian informasi antara informasi pada kompatibilitas label dengan yang tertera pada kantung darah
c. Periksa kembali kesesuaian produk darah yang akan di berikan dengan resep dokter.
d. Periksa data kadaularsa pada kantung darah.
e. Inspeksi darah untuk melihat adanya bekuan darah.
f. Tanyakan nama klien dan periksa tanda pengenal yang di pasang di lengan klien.
10. Ukur tanda vital klien
11. Mulai pemberian Transfusi:
a. Sebelum infuse darah diberikan, berikan dulu larutan salin normal 0,9%.
b. Mulai berikan transfusi secara perlahan di awali dengan pengisian filter dalam selang.
c. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien . apabila anda mencurigai timbulnya-
c. Memastikan komponen darah adalah benar
d. Setelah 21 hari, perubahan pada struktur dan kimia darah dapat menimbulkan masalah elektrolit dan masalah-masalah terkait lainnya ( Metheney, 1996 )
e. Anti koagulan sitrat-fosfat-dexstrose (CPD) di tambahkan kedalam darah untuk mengawetkan darah ( Methene, 1996 ) Apabila ada bekuan di dalam darah kembalikan darah ke bank darah.
f. Memastikan bahwa klien yang diberi transfusi adalah klien yang benar.
10. Memastikan tanda vital klien sebelum pelaksanaan transfusi
a. Salin isotonic mencegah hemolisis
b. Apabila filter tidak terisi, transfuse tidak dapat masuk dengan baik.
c. Memungkinkan pendeteksian reaksi pada saat memasukkan produk darah dengan volume sekecil mungkin.
Apabila anda mencurigai adanya reaksi, hentikan transfuse, bilas dengan salin normal secara perlahan, dan beritahu dokter.
12. Monitor Tanda vital:
a. Ukur tanda vital setiap 5 menit pertama selama 15 menit, selanjutnya ukur setiap jam sesuai kebijakan lembaga.
b. Observasi klien untuk melihat adanya kemerahan, gatal-gatal, bintik merah, dan ruam.
13. Pertahankan kecepatan infus yang di programkan dengan mengunakan pompa infus, jika perlu
14. Lepas dan buang sarung tangan. Cuci tangan.
15. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan.
16. Catat pemberian darah produk darah. Catat transfuse ini sebagai asupan cairan sesuai dengan kebijakan lembaga.
17. Setelah pemberian infuse selesei, kembalikan kantung darah serta selang ke bank darah.


Pembilasan selang mencegah masuknya produk darah lebih lanjut.
a. Mendokumentasikan adanya perubahan pada status tanda vital yang dapat mengidentivikasikan tanda awal terjadinya transfusi.
b. Dapat menjadi tanda awal reaksi
13. Pompa infuse mempertahankan kecepatan yang diprogramkan.
14. Mengurangi penularan mikro organisme.
15. Reaksi yang merugikan dapat timbul setiap saat selama tranfusi di berikan
16. Mendokumentasikan pemberian komponen darah.
17. Menyediakan materi untuk dianalisis jika kemudian di temukan adanya reaksi yang timbul.


2.4 Diagnosa keperawatan pada Transfusi darah
1. Potensial kelebihan cairan yang berhubungan dengan infuse produk atau volume infuse
2. Potensial infeksi yang berhubungan dengan kontaminasi perlengkapan atau produk darah.
3. Kekurangan volume cairan, potensial atau actual, yang berhubungan dengan hilangnya volume darah
4. Perubahan : curah jantung menurun.
5. Perubahan suhu tubuh: hipotermia/hipertermia
6. Kuranag pengetahuan yang B/D efeksamping reaksi transfuse.
7. Potensial cidera terhadap reaksi transfuse: alergi, emboli udara, hemolitik yang berhubungan dengan produk darah.


2.5 Intervensi Sesuai dengan reaksi Yang merugikan pada Transfusi darah
REAKSI UMUM MEKANISME AWITAN PENGKAJIAN PENCEGAHAN PENATALAKSANAAN
Beban sirkulasi berlebihan Infuse yang terlalu capat meningkatkan volume vascular
melebihi volume
yang dapat di
toleransi jantung
sehingga bias
menyebabkan edema pulmonal. Setiap waktu selama atau segera setelah transfuse selesei Dipsnea, batuk ansietas, takikardi, takipnea, ortopnea, tekanan vena meningkat. Kecepatan pemberian darah atau komponen darah di sesuaikan dengan ukuran dan status kesehatan klien; berikan kemasamn sdm dan bukan darah lengkap, minimalkan jumlah pemberian normal salin yang di gunakan untuk mengencerkan SDM 1. Tinggikan kepala klien
2. Beri tahu dokter
3. Perlambat atau hentikan Transfusi
4. Berikan diuritik ban oksigen sesuai program



Sepsis ( Infeksi yang dibawa melalui aliran darah Transfusi darah atau komponen darah yang terkontaminasi oleh bakteri, virus atau endotoksin Selama 2 jam transfuse Mengigil demam, muntah,diarepenurunan tekanan darah yang menyolok, syok.
Jaga darah atau produk darah dengan baik sejak didonorkan sampai akhir proses pemberian. ( missal: dengan mempertahankan suhu darah yang sesuai, memulai transfuse setelah 30 menit setelah darah diambil

Read More......

ASKEP ANEMIA PADA ANAK

Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
Etiologi:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1. Anemia aplastik
Penyebab:
•agen neoplastik/sitoplastik
•terapi radiasi
•antibiotic tertentu
•obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
•benzene
•infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
•Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
•Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
2. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
•Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
•Hematokrit turun 20-30%
•Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
3. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
4. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
a) Atropi papilla lidah
b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5. Anemia megaloblastik
Penyebab:
•Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
•Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
•Pengaruh obat-obatan tertentu
•Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
•Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
•Proses autoimun
•Reaksi transfusi
•Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Tanda dan Gejala
o Lemah, letih, lesu dan lelah
o Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
o Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
o Gagal jantung,
o Parestisia dan
o Kejang.
Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
o Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
o Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
o Transplantasi sumsum tulang
o Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
o Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
o Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
o Dicari penyebab defisiensi besi
o Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe ↓ biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
pasca perdarahan
pada difisiensi zat besi
anemia hemolistik
anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan
j. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
- Eritrosit
- Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya :
- Tergantung berat ringannya anemia
- Tidak selalu berupa transfusi darah
- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
Nilai normal sel darah
Jenis sel darah
1. Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 – 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 – 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 – 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).
2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 – 24), 1 Tahun 12 (11 – 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 – 15), 8 – 12 Tahun 14 (13 – 15,5).
3. Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 – 15), 5 Tahun 8000 (5 – 13), 8 – 12 Tahun 8000 (5-12).
Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 – 12 Tahun 260.000
4. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 – 12 Tahun 40.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
III. RENCANA
1) Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
Rencana Tindakan:
1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2) Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat : kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
Rencana Tindakan:
1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum,
sereal kering yang diperkaya zat besi
2. Berikan susu suplemen setelah makan padat
3. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk
4. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk
5. Berikan multivitamin
6. Jangan berikan preparat Fe bersama susu
7. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap
8. Monitor kadar Hb atau tanda klinks
9. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
10. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet
3) Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
Rencana Tindakan:
1. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
2. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
3. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak
4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
5. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan
harapan anak mau menerima
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006


Read More......