CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 28 Mei 2011

CA LARING

2.1 Anatomi Laring
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilappisi oleh membran mukosa yang bersilia. Gerakan silia mendorong lapisan muskus ke posterior di dalam rongga hidung, dan reseptor di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring.
Udara mengalir dari faring menuju ke laring atau kotak suara.
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trachea. Laring adalah kotak kaku yang tidak dapat meregang, laring mengandung ruang sempit antara pita suara (glottis) dimana udara harus melewati ruangan ini. . Glotis merupakan saluran yang memisahkan antara saluran pernafasan atas dan bawah. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glottis, dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglottis yang berbentuka daun, berperan untuk mengantarkan makanan dan minuman masuk ke dalam esophagus. Namun jika tiada benda asing masih mampu masuk melampaui glottis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda dan secret keluar dari saluran pernafasan bagian bawah. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas
1. Epiglotis: ostium katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan.
2. Glotis: ostium antara pita suara dan laring.
3. Kartilago tiroid: kartilago terbesar pada trachea, sebagian dari kartilago membentuk jakun (Adam’s apple).
4. Kartilago krikoid: satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak dibawah kartilago roid).
5. Kartilago critenoid: digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid.
6. Pita suara: ligamen yang terkontrol oleh gesekan otot yang menghasilkan bunyi suara, pita suara melekat pada lumen laring.



2.2 Definisi
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.
2.3 Etiologi
Penyebab belum diketahui secara pasti. Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat. Seorang yang banyak memakai suara berlebihan dan salah (berteriak keras), peminum alkohol, pernah atau sering terpapar sanar radioaktif, laringitis kronis, defisiensi nutrisi (riboflavin), dan predisposisi keluarga.
2.4 Manifestasi Klinis
Paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-sembuh walaupun penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan subglotis. Tidak seperti suara serak laringitis, tidak disertai oleh gejala sistemik seperti demam.Rasa tidak enak ditenggorok, seperti ada sesuatu yang tersangkut. Pada fase lanjut dapat disertai rasa sakit untuk menelan atau berbicara.Sesak napas terjadi bila rima glotis tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak napas tidak timbul mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu penderita dapat beradaptasi, sehingga baru merasakan sesak bila tumor sudah besar (terlambat berobat). Stridor terjadi akibat sumbatan jalan napas.Bila sudah dijumpai pembesaran kelenjar berarti tumor sudah masuk dalam stadium lanjut.Bahkan kadang-kadang tumornya dapat teraba, menyebabkan pembengkakan laring.
Bila tumor laring mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia, rasa sakit bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga.Apabila dijumpai kasus dengan jelas diatas, khususnya dengan keluhan suara parau lebih dari dua minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh, diderita orang dewasa atau tua, sebaiknya penderita segera dirujuk.

2.5 Patofisiologi

?????????????????????????????????????????


2.6 Komplikasi
 Distress pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
 Hemoragi
 Infeksi
2.7 Penatalaksanaan Medis
• Terapi Radiasi
Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4.Alasannya mempunyai keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher.Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher.Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat dipertahankannya suara yang normal.Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
• Operasi Laringektomi
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan subglotik.Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
a. Laringektomi parsial. Laringektomi parsial direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi. Dalam operasi ini satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya tetap utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau. Jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.
b. Hemilaringektomi atau vertikal. Laringetomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara (satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien beresiko mengalami aspirasi pascaoperasi. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit tenggorok) dan proyeksi. Namun demikian jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh.
c. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang hioid, glotis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara, kartilago krikoid, dan trakea tetap utuh. Selama operasi, dilakukan diseksi leher radikal pada tempat yang sakit. Selang trakeostomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glotis pulih. Selang trakeostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi bahaya aspirasi. Pasca operasi pasien akan mengalami kesulitan menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan utama operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih dalam seperti biasa. Masalah utamanya adalah bahwa kanker tersebut akan kambuh.
d. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang ( stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara – pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara.
e. Obat Sitostatika
2.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorak
b. Foto jaringan lunak (Soft Tissue)
c. CT Scan Laring
d. Tomogram
e. Xerogram
f. MRI
g. Biopsi laring untuk diagnosa pastinya
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Data pre dan posoperasi tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses kanker dan komplikasi yang ada.
a. INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
b. MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.
c. HIGIENE
Tanda : Kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
d. NEUROSENSORI
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa.
e. NYERI ATAU KENYAMANAN
Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring. Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan dengan nyeri sebelum pembedahan).
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.
f. PERNAPASAN
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
g. KEAMANAN
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran.
Tanda : Massa atau pembesaran nodul.
h. INTERAKSI SOSIAL
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.

♯ Prioritas keperawatan pre dan post operasi
1. PREOPERASI
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pascaoperasi dan takut akan kecacatan.
Batasan Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah, menolak operasi.
Goal : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan posoprasi, secara verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi, termasuk tes laboratorium praoperasi, persiapan kulit, alasan status puasa,obat-obatan praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan pada klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.
R/ pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerjasama pasien.
2. Jika laringektomi total akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter untuk mendapatkan kunjungan dari anggota klub laringektomi.Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi suara.
R/ mengetahui apa yang diharapkan dan melihat hasil yang sukses membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.
3. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan semula, mungkin ruangan penyakit dalam atau ruangan bedah.Mungkin saja akan dipasang NGT. Pemberian makan per sonde diperlukan sampai beberapa minggu setelah pulang hingga insisi luka sembuh dan mampu untuk menelan (jika operasi secara radikal di leher dilaksanakan).Alat bantu jalan napas buatan (seperti trakeostomi atau selang laringektomi) mungkin akan terpasang hingga pembengkakan dapat diatasi.Manset trakeostomi atau selang T akan terpasang di jalan napas buatan, untuk pemberian oksigen yang telah dilembabkan atau memberikan udara dengan tekanan tertentu.
R/ pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.
4. Jika akan dilakukan laringektomi horizontal atau supraglotik laringektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara menelan sebagai berikut:
Ketika makan duduk dan tegak lurus ke depan dengan kepala fleksi, letakan porsi kecil makanan di bagian belakang dekat tenggorok, tarik napas panjang dan tahan (ini akan mendorong pita suara bersamaan dengan menutupnya jalan masuk ke trakea), menelan dengan menggunakan gerakan menelan,batukan dan menelan kembali untuk memastikan tidak ada makanan yang tertinggal di tenggorok.
R/ karena epiglotis sudah diangkat pada jenis laringektomi seperti ini, aspirasi karena makanan per oral merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Belajar bagaimana beradaptasi dengan perubahan fisiologik dapat menjadikan frustrasi dan menyebabkan ansietas.Berlatih secara terus – menerus dapat membantu mempermudah belajar dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut.
b. Menolak operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pre dan paskaoperasi, kecemasan, ketakutan akan kecacatan dan ancaman kematian.
Karakteristik data : kurang kerjasama dan menolak untuk dioperasi,menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.
Goal : Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan, klien dioperasi.
Rencana tindakan :
1. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3. Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.

2. POST OPERASI
a. Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
b. Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
c. Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.
d. Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat.
e. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
f. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.

3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas b/d adanya obstruksi pada jalan napas
2. Perubahan kenyamanan : Nyeri b/d proses metastase sel kanker
3. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesulitan menelan sekunder terhadap laringektomi
4. Kerusakan komunikasi verbal b/d metastase sel kanker pada pita suara dan laringektomi
5. Resti komplikasi, perdarahan dan infeksi

3.3 Intervensi Keperawatan
1. Resiko Tinggi Ketidakefektifan Jalan Napas
Tujuan : Kepatenan jalan napas terpenuhi dalam wakyu 2×24 jam
Kriteria hasil : Bunyi napas bersih, frekuensi napas antara 12-24 per menit dan warna kulit normal
No INTERVENSI RASIONAL
1 Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas. Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Perubahan pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2 Pertahankan elevasi bagian kepala tempat tidur 30-450 Posisi tegak lurus memungkinkan bernapas lebih baik dengan cara mengurangi tekanan abdominal pada diafragma.
3 Izinkan untuk membatukkan sekret di jalan napas yang terbuka dengan tisu. Jika tidak dapat membatukkan sekret, lakukan penghisapan jka perlu dengan menggunakan teknik aseptik. Berikan kaca dan ajarkan cara melakukan penghisapan Penghisapan berguna untuk mengeluarkan sekret dan membantu mempertahankan kepatenan alan napas. Perawatan diri meningkatkan kemandirian.
4 Berikan/ lakukan perawatan trekeostomi atau laringektomi setiap 4 jam sesuai dengan fasilitas, petunjuk pelaksanaan dan prosedur. Untuk mengangkat krusta-krusta dan mempertahankan kepatenan jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
5 Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan posterior. Sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit bernapas secara tiba-tiba.
6 Ganti selang atau kanul sesuai indikasi.
Mencegah akumulasi sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas. Catatan : ini penyebab umum distres pernapasan atau henti napas pada paskaoperasi.
7 Pertahankan kehangatan humidifikasi yang diberikan pada jalan napas buatan Udara yang lembab dan hangat membantu mencegah kekeringan pada mukosa yang melapisi trakea
8 Jika mulai diberikan makanan per oral sementara selang trakeostomi masih terpasang, kembangkan manset trakeostomi sebelum emberikan makanan dan kempiskan manset jka pasien tidak mengeluh mual Mengembangkan manset saat makan mencegah makanan masuk ke dalam trakea.
9 Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada. Pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.

2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan Kenyamanan : Nyeri
Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 2×24 jam
Kriteria hasil : Mengangguk atau menuliskan “ya” ketika ditanya apakah nyeri yang dirasakan berkurang, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks, masukan oral meningkat.
No INTERVENSI RASIONAL
1 Berikan perawatan oral tiap 2 jam Untuk menghilangkan sakit tenggorokan dan mengontrol bau napas
2 Untuk sakit kepala, berikan analgesik sesuai dengan anjuran jika perlu dan pertahankan bagian kepala tempat tidur selalu elevasi Sakit kepala mungkin berhubungan dengan keadaan edema pasca operasi sebagai akibat pengangkatan pembuluh limfa dan vena jugularis interna. Posisi tegak lurus memungkinkan aliran cairan karena gravitasi dan membantu menurunkan tekanan.
3 Lengan dan bahu pada area operasi diberikan penahan khususnya jika dilakukan reseksi radikal di area leher Kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur leher dan atau bahu. Kurangnya tahanan meningkatkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan cedera pada area jahitan.
4 Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tidak mampu menelan. Menelan menyebabkan aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema atau regangan jahitan.
5 Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan tenggorok untuk trauma baru. dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut atau intervensi.Jaringan terinflamasi dan kongesti dapat dengan mudah mengalami trauma dengan penghisapan kateter dan selang makanan.
6 Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek analgesik. Alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
7 Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi. Meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan.

3. Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dalam waktu 1×24 jam
Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu, masukan makanan oral meningkat, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai waktunya.
No INTERVENSI RASIONAL
1 Pantau :
• Berat badan tiap minggu
• Presentase makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, jika makanan per oral dimungkinkan Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan
2 Auskultasi bunyi usus. Makan dimulai hanya setelah bunyi usus membik setelah operasi.
3 Berikan makanan melalui selang NGT sesuai dengan jadwal pemberiannya. Ajarkan kepada pasien cara memberikan makanan sendiri, contoh ujung spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien akan pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan orang terdekat mampu melakukan prosedur ini sebelum pulang dan bahwa makanan tepat dan alat tersedia di rumah. Tambahan makanan melalui jalan alternatif diperlukan untuk memberikan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan luka sampai makanan per oral dapat dimulai. Perawatan diri menumbuhkan kemandirian dan mempertahankan martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa tergantung pada orang lain untuk kebutuhan sangat mendasar pada penyediaan makanan.
3 Jika dimulai pemberian makanan per oral, berikan makanan yang lembut mudah dicerna seperti kentang, nasi, dsb. Konsultasikan pada ahli diet untuk memilih makanan yang tepat jika masukan oral kurang dari 30 %. Catat tanda kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare. Untuk mengurangi nyeri pada saat menelan. Ahli diet ialah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi kebutuhan nutrisi pasien dan bersama merencanakan diet berdasarkan kebutuhan dan kondisi pasien. Kandungan makanan dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada kecepatan atau tipe formula.
4 Jika makanan per oral sudah dibolehkan, tunggu pasien selama makan. Telaah teknik menelan untuk meminimalkan aspirasi. Ijinkan pasien untuk makan sendirian, ketika pasien sedah mampu makan per oral tanpa batuk Kesulitan menelan dan batuk karena makan per oral dapat mencetuskan ansietas. Pemberi pelayanan kesehatan yang kompeten, dapat bertindak cepat ketika terjadi aspirasi, dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien berkonsentrasi sehingga dapat menelan dengan baik
5 Lakukan tindakan-tindakan untuk memulihkan kekeringan mulut (xerostomia) sbb :
• Berikanlah permen keras dan agak asam untuk dihisap jika tidak ada kontraindikasi
• Anjurkan pasien untuk menggunakan saliva buatan (Salivart, Xerolube dan Moister)
• Mintakan kepada ahli gizi untuk menambah lemon/ jeruk pada setiap makanannya
• Instruksikan kepada pasien untuk melembabkan mulutnya dengan cairan sebelum meletakkan makana di mulut
• Lembabkan makanan yang kering denagn air sayur aau kuah daging Mulut yang terlalu kering memungkinkan kegagalan menelan. Tindakan tersebut membantu meningkatkan kelembaban mulut
6 Berikan obat anti muntah jika perlu Untuk mengontrol mualdan muntah
7 Konsultasikan dengan dokter jika batuk berlebihan pada saat makan per oral Makanan melalui selang NGT perlu dimulai

4. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
Tujuan : Pasien dapat berkomunikasi dalam waktu 2×24 jam
Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh. Ekspresi wajah rileks saat berkomunikasi, dapat menggunakan tulisan untuk berkomunikasi tanpa menunjukkan rasa frustasi
No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu,gunakan gambaran anatomik atau model untuk membantu penjelasan. Untuk mengurangi rasa takut pada klien.
2 Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti pendengaran dan penglihatan. Adanya masalah lain mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.
Beritahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan atau tergantung pada tersedianya alat bantu suara. Memberikan dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti komunikasi dan bicara tersedia dmungkin.
2 Tempatkan pasien di ruangan yang dekat ke tempat perawat. Pertahankan posisi bel pada posisi yang mudah dicapai setiap saat. Tempatkan pemberitahuan ( mis : “laringektomi” atau “tidak dapat bicara”) pada sistem intercome di tempat perawat untuk mengingatkan staf perawat. Untuk pergi melihat ruangan pasien ketika lampu alarm menyala. Juga berikan tanda di alas tempat tidut pasien (laringektomi) untuk memberikan perhatian kepada tim kesehatan lainnya bahwa individu tersebut tidak dapat bicara. Keamanan meningkat dapat meminimalkan frustasi, ketika pasien dapat menyampaikan kebutuhannya
3 Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa isyarat. Memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah. Catatan : posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat membatasi kemampuan untuk menulis atau membuat tanda.
Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi. Kehilangan bicara dan stres menganggu komunikasi dan menyebabkan frustrasi dan hambatan ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerja
Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik. Mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain
Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV, radio dan kalender. Mempertahankan kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain.
Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin. Meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensi disfungsi pita permanen.
4 Jika terapis bicara tidak datang pada periode praoperasi, maka aturlah agar terapi bicara dapat mengunjungi dan merencanakan waktu diskusi untuk rehabilitasi bicara Rehabilitasi bicara merupakan bagian penting dalam pendidikan kesehatan tentang bagaimana utuk menjadi mandiri dalam kehidupan sehari-hari, bagi pasien post laringektomi total. Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara (contoh bicara esofageal) sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif. Waktu rehabilitasi memerlukan waktu panjang dan memerlukan sumber dukungan untuk proses belajar.
5 Informasikan kepada orang terdekat tentang teknik yang digunakan pasien untuk mengkomunikasikan kebutuhannya Untuk mempertahankan hubungan dengan orang terdekat

5. Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Komplikasi, Perdarahan dan Infeksi
Tujuan : Tanda-tanda infeksi dapat segera diobservasi dalam waktu 1×24 jam
Kriteria hasil : Tidak ada infeksi pada luka dan perdarahan
No INTERVENSI RASIONAL
1 Pantau :
• Masukan dan haluaran setiap 8 jam
• Tanda-tanda vital setiap 4 jam
• Keadaan luka tiap 8 jam
• Jumlah dan warna cairan drainase dari alat drainase luka tiap 8 jam Untuk mengidentifikasi, kemajuan yang dicapai atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan
2 Konsultasikan dengan dokter jika ada banyak cairan warna merah tertampung di alat drainase luka dalam 1 jam. Diharapkan jumlah cairan sedikit atau sedang dan drainase berupa serosanguinosa ( kurang dari 75 ml) dalam waktu 24 jam pertama, dan penurunan drainase setiap harinya Drainase berwarna merah yang mengalir terus menerus merupakan tanda perdarahan
3 Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda sbb :
• Tanda-tanda terjadinya hematoma (pembengkakan)
• Terbentuknya fistula kelenjar saliva( kemerahan, pembengkakan, meningkatnya suhu tubuh, meningkatnya nyeri tekan di kulit dekat garis jahitan) Komplikasi tersebut memperlambat penyembuhan luka
4 Ganti balutan jika perlu dan gunakan teknik aseptik. Konsultasi dengan dokter jika terjadi tanda-tanda infeksi pada luka seperti kemerahan, drainase purulen, bau napas tak enak, meningkatnya nyeri tekan, demam. Berikan antibiotik yang diresepkan dan evaluasi keefektifannya Balutan yang bersih dan kering mengurangi pertumbuhan bakteri. Teknik antiseptik membentu mencegah infeksi pada luka. Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi

3.4 Implementasi
Perawat melakukan tindakan-tindakan yang telah direncanakan sesuai dengan kondisi pasien saat ini sebagai upaya untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya, yaitu penyakit ca laring.

3.5 Evaluasi
a. Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
b. Komunikasi dengan efektif.
c. Komplikasi tercegah atau minimal.
d. Memulai untuk mengatasi gambaran diri.
e. Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.

0 komentar: