CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Selasa, 24 Mei 2011

GANGGUAN PSIKOLOGI PADA ANAK

A.Gangguan Perkembangan Motorik pada Anak (development coordination disorder/DCD)
DCD adalah gangguan perkembangan motorik, motorik kasar dan motorik halus, tetapi yang sangat berpengaruh pada fungsi belajar adalah fungsi motorik halusnya.

Ciri :
1. Anak yang sulit mengendari sepeda, mengancingkan baju atau menggunakan gunting.
2. Anak lebih sulit mengatur keseimbangan setelah melakukan gerakan dan keseimbangan saat berdiri.
3. Kemampuan olahraga anak juga kurang.
4. Anak juga mengalami gangguan konsentrasi atau masalah keterlambatan bicara pada anak.
5. Anak dengan fungsi koordinasi yang buruk akan berdampak pada kemampuannya melakukan aktivitas fisik dan dalam waktu lama bisa memengaruhi berat badannya.
Terapi :
Penanganan anak dengan DCD membutuhkan latihan-latihan khusus.



B. GANGGUAN AUTIS PADA ANAK
Autis merupakan kelainan perilaku dimana penderita hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri (seperti melamun atau berkhayal). Gejala ini umumnya mulai terlihat ketika anak berumur tiga tahun.
Gejala :
a. gangguan interaksi social
b. gangguan komunikasi
c. gangguan perilaku, kurangnya interaksi sosial, penghindaran kontak mata, serta kesulitan dalam bahasa.
Ciri :
1. ketidakmampuan anak untuk berhubungan dengan orang lain atau bersikap acuh terhadap orang lain yang mencoba berkomunikasi dengannya, bermain sendiri, dan tidak mau berkumpul dengan orang lain.
2. memiliki kelebihan atau keahlian tertentu, seperti pintar menggambar, berhitung atau matematika, musik, dan lain-lain
Terapi:
a. Salah satu terapi yang digunakan adalah dengan meningkatkan kemampuan untuk berbagi (sharing) sehingga dapat mendorong mereka untuk lebih berinteraksi dengan lingkungannya
b. Jika terjadi kelainan perilaku pada anak, sebaiknya langsung dikonsultasikan ke dokter. Hal tersebut bertujuan agar dokter secepatnya dapat memberikan tindakan pengobatan atau latihan khusus sejak dini terhadap anak yang mengalami keadaan tersebut


C. GANGGUAN FONOLOGIS PADA ANAK
Gangguan Fonologis adalah gangguan dimana anak bicaranya tidak jelas atau sulit ditangkap. Sehingga ucapan anak saat berbicara menjadi kurang atau tidak sempurna.
Ciri:
a. Gangguan fonologis lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
b. Sekitar 3% dari anak-anak pra-sekolah dan 2% dari anak usia 6-7 tahun memiliki kelainan ini, sedangkan yang berusia 17 tahun, hanya 0,5%.

Terapi:
Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau bila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hanya saja, untuk anak yang tergolong “pemberontak” atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tidak memaksa meski tetap memberitahu yang benar dengan mengulang kata yang dia ucapkan”. Misalnya, “Ma, yuk, kita lali-lali!”, segera timpali, “Oh, maksud Adik, lari-lari”. Sedangkan yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau mengganti huruf dan suku kata. Misal, toko jadi toto atau stasiun jadi tatun. “Pengucapan” semacam ini akan sulit ditangkap oleh orang lain.



D. Gangguan Kejiwaan Pada Anak Meningkat
Gangguan bipolar bisa dikarakteristikkan dengan perubahan suasana hati yang parah, biasanya sering muncul saat masa remaja atau setelahnya
Ciri:
a. perubahan suasana hati yang parah
b. biasanya sering muncul saat masa remaja atau setelahnya

Terapi:
Jika seorang anak didiagnosis dengan gangguan bipolar pada saat berusia 2-5 tahun, maka sekitar 50 persennya menerima obat antipsikotik obat untuk menstabilkan suasana hati, stimulan dan obat anti depresi.



E.GANGGUAN TIDUR PADA ANAK
Gangguan tidur pada anak adalah keluhan yang cukup sering dikeluhkan oleh orang tua pada dokter. namun seringkali keluhan ini tidak ditangani secara baik dan benar.
Kebutuhan tidur normal pada anak
• usia 1-4 bulan : 14 ½ – 15 ½ jam per hari
• usia 4-12 bulan : 14 – 15 jam per hari
• usia 1-3 tahun : 12 – 14 jam per hari
• usia 3-6 tahunn : 10 ¾ – 12 jam per hari
• usia 7-12 tahunn : 10 - 11 jam per hari
• usia 12-18 tahun : 8 ¼ – 9 ½ jam per hari
Untuk mengetahui tidur pada anak sudah bukan merupakan keadaan yang normal apabila :
a. Anak bangun selama 3 kjali atau lebih dalam satu malam atau beberapa malam. Atau sedikitnya empat kali dalam seminggu gangguan tersebut ada.
b. Dalam aktifitas tidurnya diluar biasanya, dimana anak berpindah tidur ke tempat tidur orang tua
c. Anak menolak tidur sedikitnya 30 menit saat waktu tidur, untuk memulai tidur diawali sedikitv tantrum, marah atau gelisah. .
d. Dalam memulai tidur harus dibutuhkan bantuan orangtua padahal sebelumnya bisa tidur sendiri.
Gejala Insomnia pada anak
• Sulit untuk memulai tidur :
o Sebelum tidur posisi anak bolak-balik mencari posisi yang nyaman
o Tidak bisa memejamkan mata
o Menolak untuk tidur
o Rewel atau tantrum sebelum tidur
o Gangguan mempertahankan kualitas tidur
 Saat tengah malam terbangun duduk kemudian tidur lagi (seringkali dikira minta minum atau haus)
 Mengigau, menangis atau berteriak saat tidur
 Bolak balik tidur dari ujung kasur ke ujung yang lain (lasak)
 Mimpi buruk pada malam hari (nightmare)
 Berjalan saat tidur
Terapi:
• Penanganan gangguan tidur pada anak , harus dilakukan pendekatan pencarian penyebab dan mengatasi penyebabnya
• Penanganan gangguan tidur karena alergi makanan pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan gangguan tersebut tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut.
• Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau membaca label makanan.
• Obat-obatan simtomatis anti histamin dapat digunakan dalam keadaan yang tidak ringan dan sulit untuk diatasi dengan pendekatan biasa. Penggunaan obat sebaiknya digunakan hanya sementara dan bila sangat perlu bukan untuk digunakan jangka panjang
• Konsumsi obat-obatan, konsumsi susu formula yang mengklaim bisa membuat nyenyak tidur, terapi tradisional ataupun beberapa cara dan strategi untuk membuat tidur nyenyak pada anak tidak akan berhasil selama penyebab utama gangguan tidur pada anak karena alergi makanan tidak diperbaiki.
• Orang tua secara psikologis harus memberi perhatian dan dorongan baik langsung maupun dari sikap kita seperti menciptakan keharmonisan, menjaga hubungan antara anggota keluarga yang baik.
• Bagi orangtua hal penting lainnya adalah memperhatikan jadwal tidurnya.
• Untuk mencegah dari bahaya yang dapat terjadi sebaiknya di kamar penderita sleepwalking dihindarkan dari barang-barang yang mudah pecah dan tajam. Usahakan untuk mengunci rapat semua pintu dan jendela saat hendak tidur, dan sebaiknya menaruh kunci-kunci yang sedikit susah untuk dijangkau. Karena biasanya penderita dapat mengenali pintu dan jalan-jalan dalam rumah.
• Secara medis, parasomnia tidak memiliki standar cara pengobatan yang baku. Namun ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari oleh penderita, seperti porsi tidur yang kurang. Seorang anak karena asyik bermain akan melupakan tidurnya.
• Berbagai terapi non medis dan alternative yang biasa dilakukan adalah terapi yang dapat dilakukan seperti psikoterapi, relaksasi, hipnotis dan meditasi.



F.Gangguan Stres Paska Trauma pada Anak
Anak yang mengalami peristiwa bencana dapat mengakibatkan timbulnya gangguan emosional dan psikis yang berkelanjutan yang dikenal sebagai gangguan stress pasca trauma atau disebut juga den
Gejala :
• Khawatir tentang kematian pada usia dini
• Kehilangan minat dalam kegiatan
• Mengalami gejala fisik seperti sakit kepala dan sakit perut
• Menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan
• Gangguan tidur, sering terbangun karena mimpi buruk
• Sulit berkonsentrasi
• Mudah marah
• Cengeng
• Menunjukkan peningkatan kewaspadaan terhadap lingkungan
Terapi:
a. Untuk penanganan gangguan stres paska trauma pada anak dapat dilakukan psikoterapi baik secara individu, kelompok, atau keluarga yang memungkinkan anak untuk berbicara, menggambar, bermain, atau menulis tentang peristiwa yang mereka alami.
b. Terapi perilaku dan terapi kognitif juga dapat membantu mengurangi rasa takut dan kekhawatiran anak akan hal-hal tertentu.
c. Selain itu obat juga dapat digunakan untuk menangani gejala agitasi, kegelisahan, ataupun depresi.
d. Dengan kepekaan dan dukungan dari keluarga dan profesional, anak-anak dengan gangguan stres paska trauma dapat belajar untuk mengatasi kenangan terhadap trauma, sehingga kelak dapat membantu mereka untuk hidup sehat dan meningkatkan produktivias mereka



G. ENURESIS
Adalah bayi tidak dapat mengendalikan kandung kemih atau saluran pembuangan.
Ciri :
1. Terjadi pada usia 5 tahun
2. 7 % anak laki-laki dan 3% anak perempuan masih mengompol pada usia 10 tahun
3. 1% remaja laki-laki dan < 1% remaja perempuan masih mengompol pada usia 18 tahun
Penyebab :
Infeksi saluran urin, penyakit ginjal kronis, tumor, diabetes, dan kejang.
Terapi :
a. Pemberian obat : antidepresan imipramin (Tofranil) dan dsmopresin yang meningkatkan penyerapan air dalam ginjal.
b. Sistem alarm urin
Sebuah lonceng dan sebuah baterai tersambung dengan kabel ke sebuah bantalan yang terdiri dari 2 lembar kertas metalik, lembar di bagian atas berlubang-lubang dan di antara kedua lembaran tersebut terdapat selapis kain penyerap. Bantalan tersebut dimasukkan ke dalam sarung bantal dan diletakkan di bawah tubuh si anak ketika tidur. Ketika tetesan petama urin yang berfungsi sebagai elektrolit membasahi kain, sirkuit elektris akan tersambung di antara kedua lembar kertas. Tersambungnya sirkuit tersebut akan membunyikan loncenga atau alarm yang segera membangunkan si anak atau tidak lama setelah mulai mengompol. Si anak umumnya kemudian berhenti berkemih, memaikan alat tersebut dan pergi ke kamar mandi.



H. GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN/HIPERAKTIVITAS (ADHD)
Adalah pola tetap tidak adanya konsentrasi dan atau hiperaktivitas dan impulsivitas yang lebih sering dan lebih parah dari yang umumnya terlihat pada anak-anak di usia tertentu.
Penyebab :
a. Faktor-faktor genetis
b. Neurologis
Ciri :
1. Tidak mendengarkan dengan baik
2. Tidak mengikuti instruksi
3. Mudah teralihkan
4. Mudah lupa dengan aktifitas sehari-hari
5. Bergerak terus dalam posisi duduk
6. Berlari kesana kemari tanpa tujuan
7. Bertingkah laku seolah-olah digerakkan oleh sebuah motor
8. Berbicara tanpa henti
Terapi :
1. Obat-obat stimulan seperti Retalin
2. Penguatan untuk tetap mengerjakan tugas cukup efektif untuk mengurangi simtom-simtom ADHD.



I RETARDASI MENTAL (RM)
Adalah gangguan dalam kemampuan intelektual.
Ciri :
1. Fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata, IQ < 70
2. Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal 2 bidang berikut : komunikasi, mengurus diri sendiri, kehidupan keluarga, keterampilan interpersonal, penggunaan sumber daya komunitas, kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri, keterampila akademik fungsional, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
3. Terjadi sebelum usia 18 tahun
Terapi :
Pencegahan tidak mungkin dilakukan, namun penanganan untuk meningktkan kemampuan oran yang bersangkutan untuk hidup mandiri dapat menjadi pilihan.



J. CHILD ABUSE
Abuse didefinisikan sebagai tindakan mencederai oleh seseorang terhadap orang lain. child abuse dapat menimbulkan akibat yang panjang, seorang anak yang pernah mengalami kekerasan, dapat menjadi orang tua yang memperlakukan anaknya dengan cara yang sama.
Ciri:
a. Mengalami gangguan belajar
b. Retardansi mental
c. Gangguan perkembangan termasuk perkembangan bahasa, bicara, motorik halusnya
Macam Child Abuse:
1. Emotional Abuse
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror, mengabaikan anak, atau mengisolasi anak.
Indikator fisik:kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan
Indikator perilaku:kelainan kebiasaan (menghisap, menggigit, atau memukul-mukul)
2. Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan kaarena kecelakaan atau tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak.
Indikator fisik: memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut, cakaran.
Indikator perilaku: waspada saat bertemu orang dewasa, berperilaku ekstreem seperti agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang kerumah, menipu, berbohong, mencuri.
3. Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya.
Indikator fisik: kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk, kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani
Indikator kebiasaan: meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yan kurang memadai.
4. Sexual Abuse
Termasuk mengguanaka anak unttuk tindakan sexual, mengambil gambar pornografi anak-anak, atau aktivitas sexual lainnya kepada anak.
Indikator fisik: kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah dibaju dalam, nyeri atau gatal diarea genital, memar atau perdarahan diarea genital, berpenyakit kelamin.
Indikator kebiasaan: pengetahuan tentan sexual atau sentuhan sexual yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku premisif/menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regresif(misal:ngompol)
Terapi:
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak dan dirumah tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikankesehatan tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.



K. SINDROM DOWN
Suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom.
Ciri:
a. Adanya keterbelakanan perkembangan fisik dan mental pada anak
b. Bentuk kepala yang relatif kecil dari nornal (microchepaly) denan bagian anteroposterior kepala mendatar
c. Pada wajah biasanya tampak sela hidun yang datar
d. Mulut yang mengecil dan lidah keluar (macroglosida)
e. Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanichal folds)
f. Tangan yang pendek termasuk ruas jarinya
g. Lapisan kulit tampak keriput (dermatoglyphics)
Terapi:
1. Penanganan secara medis
a. Pendengarannya: sekitar 70-80% anak sindrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini
b. Penyakit jantung bawaan
c. Penglihatan: perlu evaluasi sejak dini
d. Nutrisi: akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi/ prasekolah
e. Kelainan tulang: dislokasi patela, subluksasio pangkal paha/ ketidakstabilan atlantoaksikal. Bila keadaan terakhar ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurologis
2. Pendidikan
a. Intervensi dini
b. Taman bermain
c. Pendidikan khusus (SLB-C)
d. Penyuluhan pada orang tua

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kami mempunyai artikel yg lebih lengkap tentang Macam-Macam Gangguan Mental Pada Anak Usia Dini yg bisa Anda lihat disini :

Macam-Macam Gangguan Mental Pada Anak Usia Dini

juga lengkap dengan daftar pustakanya.. :)