CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 28 Mei 2011

KELAINAN MATA LUAR

2.1 KONSEP MEDIS

2.1.1 ENTROPION
A. DEFINISI
Entropion adalah inverse atau membaliknya margo papebral (tepi kelopak mata) ke dalam yang menyebabkan trikiasis dengan segala akibat pada kornea.
Trikhiasis adalah bulu mata mengenai kornea dan dapat disebabkan oleh entropion, epiblefaron atau hanya disebabkan pertumbuhan yang salah arah. Keadaan ini menyebabkan iritasi kornea dan mendorong terjadinya ulserasi. Penyakit-penyakit peradangan kronik kelopak mata seperti blefaritis dapat menyebabkan terjadinya parut folikel bulu mata dan menyebabkan pertumbuhan yang salah arah.
Distichiasis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya bulu mata tambahan, yang sering tumbuh dari muara kelenjar meibom. Kelainan ini kongenital atau disebabkan oleh perubahan-perubahan metaplastik kelenjar-kelenjar di tepi kelopak mata. (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2000)


B. ETIOLOGI
Entropion dapat disebabkan oleh involsi (spatik, ketuaan), mekanis, sikatrik, atau konginetal. Entropion involusional paling sering dan menurut definisi terjadi akibat dari proses penuaan. Ganggguan ini mengenai kelopak bagian bawah dan merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tepi tarsus atas.
Entropion sikatriks dapat mengenai kelopak atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Gangguan ini paling sering di temukan pada penyakit-penyakit radang kronik seperti trakhoma. Dapat juga akibat spasme otot orbikularis okuli.
Pada entropion kongenital, tepi tepi kelopak mata memutar ke arah kornea, sementara pada epiblefaron kulit dan otot pratasalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus. (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2000)

Entropion bisa hadir pada saat lahir (bawaan).Pada bayi, jarang menyebabkan masalah karena bulu mata yang sangat lembut dan tidak mudah merusak kornea. Pada orang tua, kondisi ini biasanya disebabkan oleh kejang dan melemahnya otot-otot sekitar bagian bawah mata. Hal ini menyebabkan kelopak mata untuk berbalik ke dalam. (www.whereincity.com, 9 Mei 2011, 14.20)

C. TANDA DAN GEJALA

1. Perasaan bahwa ada sesuatu di mata
2. Kemerahan dari bagian putih mata
3. Iritasi mata atau rasa sakit
4. Sensitivitas terhadap cahaya dan angin
5. Berair mata (berlebihan robek)
6. Lendir debit dan pengerasan kulit kelopak mata
7. Kelopak mata defiasi ke dalam
8. Penurunan visi, terutama jika kornea rusak
9. konjungtiva tampak meradang (konjungtiva bulbi merah)
10. abrasi kornea karena gesekan dari bulumata sehingga kornea keruh atau mungkin terjadi ulkus kornea.(www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.15)

D. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan entropion adalah iritasi kornea dan kerusakan. Karena bulu mata dan kelopak mata yang terus-menerus mengusap kornea, lebih rentan terhadap kerusakan kornea dan borok, yang dapat menyebabkan kerugian permanen penglihatan. Obat tetes mata pelumas dan salep dapat membantu melindungi kornea dan mencegah kerusakan sampai menjalani operasi untuk memperbaiki entropion. (www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.15)

E. PEMERIKSAAN
Biasanya, entropion dapat didiagnosis dengan pemeriksaan mata rutin dan pemeriksaan fisik. Dokter mungkin menarik pada kelopak mata klien selama ujian, atau meminta klien untuk menutup mata dengan tegas, untuk menilai posisi kelopak mata klien di mana, serta otot dan sesak.
Jika entropion disebabkan oleh jaringan bekas luka atau operasi sebelumnya, dokter akan memeriksa jaringan di sekitarnya juga. Memahami bagaimana kondisi lainnya menyebabkan entropion adalah penting dalam memilih perawatan yang benar atau teknik bedah.(www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.15)

F. PENATALAKSANAAN
Perbaikan jangka pendek dapat digunakan jika klien tidak dapat mentoleransi pembedahan atau klien harus menunda itu. Perawatan sementara yang efektif mencakup:
a) Kulit tape atau epilasi silia. Kulit tape transparan khusus dapat diterapkan pada kelopak mata klien agar kelopak mata tidak kembali mengarah ke dalam. Tempatkan salah satu ujung pita rendah dekat bulu mata klien, lalu tarik ke bawah dengan lembut dan pasang ujung pita ke pipi bagian atas klien tegangannya mengarah ke temporal dan inferior. Mintalah dokter untuk menunjukkan teknik yang benar dan penempatan rekaman itu.
b) Jahitan yang memutar luar kelopak mata. Prosedur ini dapat dilakukan di kantor seorang dokter dengan anestesi lokal. Setelah mata mati rasa, dokter menempatkan 2-3 jahitan di lokasi tertentu sepanjang kelopak mata terpengaruh. Jahitan putar luar kelopak mata, dan jaringan parut sehingga tetap dalam posisi bahkan setelah jahitan dihapus. Ada kemungkinan tinggi pada kelopak mata klien akan otomatis kembali ke dalam, dalam waktu beberapa bulan jahitan, bagaimanapun, jadi bukanlah solusi jangka panjang.
c) OnabotulinumtoxinA (Botox). Sejumlah kecil onabotulinumtoxinA disuntikkan di kelopak mata bawah bisa berubah keluar kelopak mata. Klien akan mendapatkan serangkaian suntikan dan efek akan bertahan sampai enam bulan. Perawatan ini dapat membantu jika klien memiliki entropion kejang sementara segera setelah operasi mata yang lain, karena entropion akan menyelesaikan sendiri sebelum efek toksin botulinum habis
• Tindakan operasi
Entropion biasanya memerlukan pembedahan. Ada beberapa teknik bedah yang berbeda untuk entropion, tergantung pada penyebab dan kondisi jaringan di sekitarnya. Sebelum operasi, klien akan menerima anestesi lokal untuk kelopak mati rasa, dan klien mungkin akan dibius dengan obat-obatan (IV) oral atau intravena untuk membantu agar klien merasa lebih nyaman.
Jika entropion disebabkan oleh relaksasi otot dan ligamen akibat penuaan, dokter mungkin akan menghapus sebagian kecil dari kelopak mata bawah, yang berfungsi untuk mengencangkan otot-otot tendon dan tutupnya. Klien akan memiliki beberapa jahitan di sudut luar mata, atau tepat di bawah kelopak mata bawah.
Jika klien memiliki jaringan bekas luka atau operasi sebelumnya, ahli bedah mungkin perlu menggunakan cangkok kulit, diambil dari kelopak mata atas atau di belakang telinga klien, untuk memperbaiki entropion tersebut.
Setelah operasi, klien dapat memakai penutup mata selama 24 jam, dan kemudian menggunakan salep antibiotik dan steroid pada mata beberapa kali sehari selama satu minggu. Klien juga dapat menggunakan kompres dingin secara periodik untuk mengurangi memar dan pembengkakan, serta asetaminofen (Tylenol, dll) untuk rasa sakit. Hindari obat yang mengandung aspirin, karena obat tersebut dapat meningkatkan resiko perdarahan.
Pada awalnya kelopak mata klien mungkin merasa tidak nyaman. Kebanyakan orang mengatakan bahwa gejala mereka lega segera setelah operasi. Klien akan mendapatkan jahitan yang dihapus sekitar seminggu setelah operasi. Selama setidaknya satu operasi bulan berikutnya, berhati-hati untuk tidak menarik pada kelopak mata klien ketika menerapkan obat tetes mata.
Meskipun jarang, perdarahan atau infeksi adalah resiko operasi. Klien mungkin akan mengalami pembengkakan sementara, dan kelopak mata klien mungkin akan sedikit memar setelah operasi.
Untuk meringankan gejala entropion sampai klien menjalani operasi, klien dapat mencoba:
a) pelumas Eye dan buatan. air mata salep membantu melindungi kornea mata Anda dan tetap dilumasi. Cobalah menerapkan salep mata sebelum tidur, dan kemudian memakai perisai mata semalam untuk menyegel kelembaban.
b) Kulit tape. Gunakan tape kulit di bawah mata Anda untuk menarik kelopak mata Anda turun dan menghidupkan sementara rendah tutupnya Anda keluar. (www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.15)
Jika entropion tidak diobati, borok mata bisa terbentuk. Dengan operasi, kelopak mata bisa berubah ke luar ke posisi normal, melindungi mata. (www.kellogg.umich.edu, 9 Mei 2011, 14.00)

2.1.2 EKSTROPION
A. DEFINISI
Ektropion adalah eversi (terkulai keluarnya) margo palpebra sehingga sebagian konjungtiva tampak dari luar. (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2000)

B. ETIOLOGI

Ekstropion dapat disebabkan relaksasi orbicular baik karena proses umur maupun karena kelumpuhan saraf fasial. Sikatrik juga dapat menyebabkan ekstropion.Ekstropion dapat mengenai palpebra superior dan inferior (Palpebra inferior lebih banyak terkena), mengakibatkan eversi pungtum lakrimal yang menyebabkan epifora dan pada akhirnya dapat menimbulkan eksim pada kulit palpebra inferior dan karena kontraksi jaringan parut dari tempat tersebut timbullah kelainan bentuk yang memperberat ekstropionnya. Konjungtiva yang tampak dari luar menjadi hipertropi dan merah. Selain itu epifora menyebabkan air mata jatuh ke pipi dan enzyme lisozime pada air mata dapat menyebabkan ekskoriasi kulit. (Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. 1984)

C. TANDA GEJALA
Biasanya, bila kita berkedip, kelopak mata mendistribusikan air secara merata di seluruh mata, sebagai pelumas. Hal ini menguras air mata ke dalam lubang kecil di bagian dalam kelopak mata (puncta). Bila klien memiliki ectropion, kelopak mata bawah menarik diri dari mata dan air mata tidak mengalir ke puncta dengan benar, menyebabkan sejumlah tanda dan gejala berikut:
• Iritasi air mata. Stagnan atau kekeringan dapat mengiritasi mata, menyebabkan rasa panas dan kemerahan pada kelopak mata dan bagian putih mata pada ektropion hebat karena palpebra tak dapat menutup dengan sempurna dan tidak memungkinkan air mata membersihkan permukaan anterior mata secara adekuat.
• Berlebihan sobek. Tanpa drainase air mata mungkin kolam renang yang terus-menerus mengalir di atas kelopak mata. Banyak orang dengan ectropion mengeluh mata berair atau cengeng.
• Kekeringan yang berlebihan dapat. Ectropion menyebabkan mata merasa kering, berpasir. (www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.20)

D. KLASIFIKASI
Ektropion terbagi menjadi 5 yaitu :
1. Ektropion Sikatrik
2. Ektropion Mekanis
3. Ektropion Senilis/atonik
4. Ektopion Paralitik dan
5. Ektoipon Spastic.
(www.dechacare.com, 9 Mei 2011, 13.26)
E. KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan ectropion adalah iritasi dan kerusakan kornea. Karena ekstropion daun kornea menjadi terbuka sehingga lebih rentan terhadap pengeringan. Hal ini dapat menyebabkan lecet kornea dan borok, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kerugian permanen penglihatan. Obat tetes mata pelumas dan salep dapat membantu melindungi kornea dan mencegah kerusakan sampai ekstropion diperbaiki. (www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.20)

F. PEMERIKSAAN

• Pemeriksaan mata rutin
• Pemeriksaan fisik
(www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.20)

G. PENATALAKSANAAN
1) Perawatan dan obat-obatan
a. Kompres hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15 menit.
b. Obat tetes mata dan salep dapat digunakan untuk mengelola gejala dan melindungi kornea sampai pengobatan tetap dilakukan. Sebagian besar kasus ekstropion memerlukan operasi.

2) Peregangan jaringan parut
Perawatan ini dapat dipertimbangkan jika ekstropion disebabkan oleh bekas luka berkembang yang pengetatan atau menarik pada kulit Anda. Memijat jaringan bekas luka, suntik dengan steroid atau melakukan keduanya dapat membantu untuk memodifikasi bekas luka dan meringankan ekstropion tersebut. Namun, metode ini mungkin tidak efektif.

3) Operasi
Ada beberapa teknik bedah yang berbeda untuk ekstropion, tergantung pada penyebab dan kondisi jaringan di sekitarnya kelopak mata. Sebelum operasi, klien akan menerima anestesi lokal untuk mata mati rasa dan area sekitarnya. Klien mungkin akan dibius menggunakan oral atau intravena (IV) obat intravena agar lebih nyaman, tergantung pada jenis prosedur dan apakah operasi dilakukan di klinik bedah rawat jalan.
Jika ekstropion disebabkan oleh relaksasi otot dan ligamen akibat penuaan, dokter mungkin akan menghapus sebagian kecil dari kelopak mata bawah, yang mengencangkan otot-otot tendon dan kelopak mata. Klien akan memiliki beberapa jahitan di sudut luar mata atau tepat di bawah kelopak mata bawah. Secara umum, prosedur ini relatif sederhana.
Jika klien memiliki jaringan parut dari operasi cedera atau sebelumnya, ahli bedah mungkin perlu menggunakan cangkok kulit, diambil dari kelopak mata atas atau di belakang telinga klien, untuk membantu mendukung kelopak mata lebih rendah. Jika klien memiliki kelumpuhan wajah atau jaringan parut yang signifikan, hasil dari operasi kurang dapat diprediksi, dan lebih dari satu prosedur yang mungkin diperlukan sebelum ekstropion benar-benar terselesaikan.
Setelah operasi, klien mungkin harus memakai penutup mata selama 24 jam, dan kemudian menggunakan salep antibiotik dan steroid pada mata beberapa kali sehari selama satu minggu. Klien juga dapat menggunakan kompres dingin secara periodik untuk mengurangi memar dan pembengkakan, serta asetaminofen (Tylenol, others) untuk rasa sakit. Hindari obat yang mengandung aspirin, karena obat tersebut dapat meningkatkan resiko perdarahan.
Pada awalnya kelopak mata klien mungkin terasa ketat. Kebanyakan orang mengatakan bahwa gejala ekstropion mereka lega segera setelah operasi. Klien akan mendapatkan jahitan yang dihapus sekitar seminggu setelah operas, dan klien dapat mengharapkan pembengkakan dan memar memudar dalam waktu sekitar dua minggu.
Meskipun jarang, perdarahan atau infeksi adalah resiko operasi. klien mungkin akan mengalami pembengkakan sementara, dan jaringan tutupnya mungkin agak memar setelah operasi.

Tips ini gaya hidup mungkin meredakan ketidaknyamanan sampai klien menjalani operasi:
 Gunakan pelumas mata. Untuk membantu melindungi kornea mengancam kerusakan-visi, gunakan air mata buatan dan salep mata untuk menjaga kornea sebagai pelumas. Menggunakan salep mata dan perisai kelembaban, yang dipakai di atas mata, yang sangat berguna dalam semalam.
 Usap mata dengan hati-hati. Terus mengusap mata berair dapat membuat mata di bawah-otot dan tendon meregang lebih jauh lagi, membuat ekstropion buruk. Jika klien harus menghapus mata, gunakan up-dan-bergerak, mengusap dari luar mata atas dan ke arah hidung.
 Gunakan pita kulit. Untuk sementara kencangkan kelopak mata rendah dan meringankan beberapa gejala ekstropion. Klien dapat menggunakan tape kulit pada sisi mata. Mintalah dokter untuk mendemonstrasikan penggunaan yang benar dan posisi tape kulit sebelum mencobanya.
(www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.20)

2.1.3 HORDEOLUM
A. DEFINISI
Hordeolum (Stye) adalah suatu infeksi pada satu atau beberapa kelenjar di tepi atau di bawah kelopak mata. Bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan. Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara spontan. (www.dechacare.com, 9 Mei 2011, 13.40)

B. ETIOLOGI
Hordeolum adalah infeksi supuratif (akut) pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokus). (Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. 1984) Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul secara berulang.
Hordeolum lebih umum pada orang dewasa daripada anak-anak, mungkin karena kombinasi kadar androgen yang lebih tinggi (dan viskositas peningkatan sebum), insiden yang lebih tinggi meibomitis, dan rosacea pada orang dewasa. Namun, hordeolum dapat terjadi pada anak-anak.(www.emedicine.medscape.com, 9 Mei 2011, 14.25)

C. PATOFISIOLOGI
Pembentukan nanah terdapat dalam lumen kelenjar bisa mengenai kelenjar Meibom, Zeis dan Moil. Apabila yang terkena kelenjar Meibom, pembangkakan agak besar, disebut hordeolum internum. Penonjolan pada hordeolum ini mengarah kekulit kelopak mata atau kearah konjungtiva. Kalau yang terkena kelenjar Zeis dan Moil, penonjolan kearah kulit palpebra, disebut hordeolum eksternum. (Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. 1984)


D. TANDA GEJALA
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan pada konjuntiva, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak mata yang membengkak, meskipun kadang seluruhnya membengkak. Di tengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah. Hordeolum interna dapat memecah ke arah kulit atau ke permukaan konjungtiva. Hordeolum eksterna selalu pecah ka arah kuit. (www.dechacare.com, 9 Mei 2011, 13.40)

E. KLASIFIKASI
Hordeolum terbagi atas 2 jenis yaitu
1. Hordeolum eksternum
Adalah infeksi yang terjadi dekat kelenjar zeis dan Moll,tempat keluarnya bulu mata(pada batas palpebra dan bulu mata).
2. Hordeolum internum
Adalah infeksi pada kelenjar meibom sebasea. hordeolum yang terbentuk pada kelenjar yang lebih dalam. Gejalanya lebih berat dan jarang pecah sendiri, karena itu biasanya dokter akan menyayatnya supaya nanah keluar. (www.dechacare.com, 9 Mei 2011, 13.40)

F. KOMPLIKASI
Lesi besar dari kelopak mata atas dapat menyebabkan penurunan visi sekunder untuk astigmatisme diinduksi atau hyperopia dihasilkan dari mendatarkan kornea pusat. (www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.49)


G. PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan, suatu nodul subkutan tender eritematosa terdapat di dekat margin kelopak mata, yang mungkin mengalami pecah spontan dan drainase. Jika edema cukup banyak, maka mungkin sulit untuk meraba adanya satu benjolan diskrit. Nodul ini dapat unilateral atau bilateral, satu atau beberapa. Tidak ada indikasi untuk memeriksa tingkat serum lipid.
Karsinoma sel basal atau karsinoma sel sebasea kelopak mata dapat misdiagnosed klinis sebagai hordeolum yang berulang, oleh karena itu pemeriksaan histopatologi sangat penting dalam menentukan diagnosis, terutama pada pasien dengan lesi persisten atau berulang. (www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.49)

H. DIAGNOSA BANDING
1. Basal Cell Carcinoma
2. Selulitis
3. Chalazion
4. Kelenjar sebaceous Carcinoma
5. Karsinoma Sel Skuamosa
(www.emedicine.medscape.com, 9 Mei 2011, 14.25)


I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu kompres hangat 3-4 kali sehari selama 10-15 menit, menjaga kebersihan kelopak mata dan pijat selama 10 menit 4 kali per hari. Bila dalam 48 jam tidak terjadi penyembuhan, perlu dilakukan tindakan insisi dan drenase bahan purulen. Pada permukaan konjungtiva dilakukan insisi vertical untuk menghindari terpotongnya kelenjar meibom, dan bila hordeolum mengarah ke kulit dilakukan insisi horizontal untuk mengurangi jaringan parut. (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2000)

1) Tindakan prainsisi:
• Buat klien nyaman
• Jika klien gelisah berikan penyuluhan kesehatan dan perawat tetap berada di samping klien
2) Tindakan pascainsisi:
• Tutup mata dengan bebat berat
• Beritahu keluarga cara membuka bebat
• Observasi kurang lebih1/2jam sebelum pulang
• Tutup mata dan bebat dibiarkan di tempatnya kira-kira 4 jam,kemudian di buka secara hati-hati dan mata di kompres dengan salin hangat secara hati-hati.
• Mata mungkin tampak memar sehingga anjurkan klien untuk memakai kacamata
Salep antibiotika local (basitrasin atau eritromisin) diberikan setiap 3 jam dan antibiotika sistemik diberikan bila terjadi selulitis. Doksisiklin oral juga dapat ditambahkan jika ada riwayat lesi multipel atau berulang atau jika ada meibomitis signifikan dan kronis.
Hordeolum internal terkadang berkembang menjadi chalazia, yang mungkin memerlukan steroid topikal, steroid intralesi, atau insisi bedah dan kuretase. (www.emedicine.medscape.com, 9 Mei 2011, 14.25)

J. PENCEGAHAN
Cobalah untuk mencegah kambuh dengan meminimalkan atau menghilangkan faktor resiko, seperti blepharitis dan disfungsi kelenjar meibomian, melalui kebersihan kelopak mata dan kompres hangat. (www.emedicine.medscape.com, 9 Mei 2011, 14.25)


2.1.4 CHALAZION
A. DEFINISI
Chalazion adalah radang granulomatosa menahun steril dan idiopatik pada kelenjar meibom. Sebagai akibatnya terjadilah suatu peradangan lipogranuloma kronik kelenjar Meibom. (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2000)

B. TANDA GEJALA
1. Dimulai dengan inflamasi ringan, nyeri tekan dan kelemahan serupa hordeolum. Dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda radang akut.
2. Kemudian ditandai edema terbatas pada kelenjar bertahap tanpa rasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu, keras pada perabaan, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari kulit.
3. Pada keadaan matang tanda keradangan tidak ada.
4. Lebih banyak terletak pada pelpebra bagian konjungtiva yang mungkin sedikit merah atau meninggi.
5. Jika cukup besar dan tanpa penanganan, dapat menekan kornea/bola mata dan menyebabkan gangguan refraksi (astigmat).
6. Jika cukup besar dapat mengganggu penglihatan atau secara kosmetik mengganggu.
7. Klien dapat mengeluh kelelahan, sensitive terhadap cahaya dan epifora.
(www.dechacare.com, 9 Mei 2011, 14.17)

C. PATOFISIOLOGI
Pada awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum, kelopak mata membengkak, nyeri dan mengalami iritasi.Beberapa hari kemudian gejala tersebut menghilang dan meninggalkan pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan tumbuh secara perlahan.Di bawah kelopak mata terbentuk daerah kemerahan atau abu-abu. (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2000)


D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan chalazion laboratorium jarang di minta, namun pemeriksaan patologik menunjukken proliferasi endotel asinus dan respon radang granulomatosa yang mencakup sel-sel kelenjar mirip Langerhans. Biopsi di indikasikan untuk chalazion yang kambuh, karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat mirip chalazion. (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2000)

E. KOMPLIKASI
 Astigmatisme
 Entropion
 Keratitis Superfisial
(www.dechacare.com, 9 Mei 2011, 14.17)

F. PENATAKSANAAN
Berikan kompres hangat. Apabila tidak terjadi penyembuhan perlu dilakukan eksisi. Eksisi bedah dilakukan melalui sayatan vertikal ke dalam kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva, diikuti kuritase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya dengan hati-hati. Penyuntikan steroid ke dalam lesi saja ada manfaatnya untuk lesi kecil, dan dikombinasikan dengan tindakan bedah untuk kasus sulit.
Tindakan Pacainsisi:
• Berikan salep mata antibiotika atau sulfa.
• Tutup mata dengan bebat tekan.
• Observasi kira-kira ½ jam sebelum pulang.
• Beritahu keluarga cara membuka bebat.
• Tutup mata dan bebat dibuka setelah 4-6 jam, kemudian dibuka secara hati-hati dan mata dikompres dengan salin hangat secara hati-hati. Setelah dikompres, berikan antibiotika tetes mata seperti gentamisin atau sodium sulfasetamid sesuai program.
• Anjurkan klien melakukan pijatan pada palpebra 2 kali sehari, karena setelah eksisi, ruangan yang yang ditinggalkan kalazion akan diisi oleh darah beku. Absorbsi darah beku ini dapat dipercepat dengan pijatan.
(www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 13.49)

2.1.5 PTOSIS
A. DEFINISI
Ptosis adalah kondisi kelopak mata yang tidak dapat membuka dengan optimal (kelopak mata turun/menggantung) ketika memandang lurus ke depan, tidak seperti mata normal pada umumnya.
Secara fisik, ukuran bukaan kelopak mata pada ptosis lebih kecil dibanding mata normal. Normalnya kelopak mata terbuka adalah = 10 mm. Ptosis biasanya mengindikasikan lemahnya fungsi dari otot levator palpebra superior (otot kelopak mata atas). Rata – rata lebar fisura palpebra / celah kelopak mata pada posisi tengah adalah berkisar 11 mm, panjang fisura palpebra berkisar 28 mm. Rata – rata diameter kornea secara horizontal adalah 12 mm, tetapi vertikal adalah = 11 mm. Bila tidak ada deviasi vertikal maka refleks cahaya pada kornea berada 5,5 mm dari batas limbus atas dan bawah. Batas kelopak mata atas biasanya menutupi 1.5 mm kornea bagian atas, sehingga batas kelopak mata atas di posisi tengah seharusnya 4 mm diatas reflek cahaya pada kornea. Jika batas kelopak mata atas menutupi kornea 1 atau 2 mm kebawah masih dapat dikatakan normal, termasuk ptosis ringan, jika menutupi kornea 3 mm termasuk ptosis sedang, dan jika menutupi kornea 4 mm termasuk ptosis berat. (www.dechacare.com, 9 Mei 2011, 14.53)

B. ETIOLOGI
Ptosis dapat bersifat kongenital dapat didapat herediter dari keduanya. Bila akibat ptosis sebagian dari pupil tertutup, biasanya penderita mengatasi dengan menaikkan alis mata. Ini biasanya pada ptosis bilateral. Jika satu pupil tertutup seluruhnya, dapat terjadi ambliopi. Ptosis yang disebabkan oleh disthropi otot berlangsung secara pelan-pelan tapi progresif yang akhirnya menjadi komplit. (Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. 1984)

C. TANDA GEJALA
1. Jatuhnya / menutupnya kelopak mata atas yang tidak normal.
2. Kesulitan membuka mata secara normal.
3. Peningkatan produksi air mata.
4. Adanya gangguan penglihatan.
5. Iritasi pada mata karena kornea terus tertekan kelopak mata.
6. Pada anak akan terlihat guliran kepala ke arah belakang untuk mengangkat kelopak mata agar dapat melihat jelas. (www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 14.49)


D. KLASIFIKASI
Klasifikasi penting agar pengobatan memadai. Skema Beard yang di revisi mencoba menggolongkan ptosis menurut etiologi.
A. Kelainan Perkembangan Levator
Ptosis akibat kelainan perkembangan levator dulu di golongkan sebagai ptosis kongenital sejati adalah akibat distrofi otot-otot levator yang mempengaruhi kontraksi dan relaksasi serat-serat otot. Ptosis berada pada posisi primer memandang ke atas dan gangguan penutupan saat melihat ke bawah. Keterlambatan palpebra untuk diagnosis kelainan perkembangan levator. Kelainan mata lain seperti strabismus menyertai ptosis kongenital ini.
B. Jenis Ptosis Miogenik
Blepharophimosis mencakup 5% dari kasus kongenital. Fungsi levator yang buruk. Ptosis yang berat disertai dengan telecanthus, lipat epicanthus, dan ektropion sikatrik palpebra inferior. Keadaan ini bersifat familier. Ptosis dan kelemahan muka dapat pula di temukan pada distrofi miotonik. Gejala lainnya adalah katarak, kelainan pupil. Botak frontal,atrofi testes, dan diabetes. Ptosis dan diplopia seringkali merupakan manisfestasi awal dari miastenia gravis. Penanganan medik biasanya pada awalnya efektif, namun tindakan bedah ptosis seringkali harus dilakukan. Timektomi mungjin bermanfaat pada kasus kambuh. Bila penutupan palpebra dan fenomena bell terganggu, masalah-masalah keratitis terpajan yang sulit dapat menjadi komplikasi bedah ptosis.
C. Ptosis Aponeurotik
Bentuk umum ptosis terjadi pada kehidupan lanjut dan terjadi akibat disinsersi parsial atau putusnya aponeurosis laevator dari tarsus. Umumnya, terdapat cukup sisa perlekatan ke tarsus yang dapat mengangkat palpebra saat melihat ke atas. Tetap tersisanya perlekatan aponeurosis levator ke kulit dan muskulus oblikularis menghasilkan lipatan palpebra yang lebih tinggi. Dapat pula penipisan palpebra, kadang-kadang bayangan iris tampak berbayang melalui kulit palpebra superior. Trauma seringkali penyebab disinsersi levator.
D. Ptosis Neurogenik
Pada sindrom Marcus Gunn (‘’fenomena berkedip-rahang’’). Mata membuka saat mandibula dibuka atau menyimpang ke sisi berlawanan. Muskulus levator yang mengalami ptosis disarafi oleh cabang-cabang motorik nervus trigemibus dan nervus okulomotoris. Kelumpuhan okulomotorius total atau parsial disebabkan oleh trauma.
E. Ptosis Mekanik
Palpebra superior terhalang untuk membuka sempurna karena efek sebuah massa sebuah neoplasma atau efek tambatan dari pembentukan parut. Pemendekan horizontal palpebra superior yang berlebihan adalah penyebab umum dari ptosis mekanik. Bentuk lain adalah yang terlihat setelah enukleas,karena tidak adanya penunjang ke levator oleh bola mata memungkinkan palpebra untuk jatuh.
F. Ptosis Nyata
Hipotropia dapat memberikan gambaran ptosis. Bila mata melihat ke bawah, palpebra superior turun melebihi palpebra inferior. Fissura palpebra yang menyempit dan palpebra superior yang ptotik jauh lebih nyata dari bola mata yang hipotropik. Namun penutupan mata sebelah akan mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2000)

E. PEMERIKSAAN
Ketika melakukan pemeriksaan, yang pertama kali diperhatikan adalah penyebab dari ptosis itu sendiri. Dibawa sejak lahir atau disebabkan oleh penyakit tertentu atau disebabkan oleh trauma. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan:
1. Tes tajam penglihatan, tes kelainan refraksi, hasil refraksi dengan sikloplegic juga harus dicatat.
2. Kelainan strabismus / mata juling.
3. Produksi air mata (Schirmer test).
4. Diameter pupil dan perbedaan warna iris pada kedua mata harus diperiksa pada kasus Horner Syndrome.
5. Tinggi kelopak mata atau fissure palpebra diobservasi dan diukur. Pengukuran dilakukan dalam millimeter (mm), di ukur berapa besar mata terbuka pada saat melihat lurus / kedepan, melihat ke atas dan kebawah.
6. Foto lama dari wajah dan mata pasien dapat dijadikan dokumentasi untuk melihat perubahan pada mata.
(www.mayoclinic.com, 9 Mei 2011, 14.49)


F. PENATALAKSANAAN
Pasien harus dievaluasi setiap 3 atau 4 bulan untuk menangani amblyopia pada congenital katarak. Foto luar mata dapat membantu memonitor pasien.Guliran kepala harus diperhatikan , jika pasien sering mengangkat dagunya (chin up posture), menandakan bertambah buruknya ptosis, disarankan untuk melakukan operasi harus diperiksa akan adanya astigmatisme disebabkan tekanan dari kelopak mata.
Kalau ptosis sedikit, tidak terdapat kelainan kosmetik dan tidak pula terdapat kelainan visus, lebih baik dibiarkan saja. Ptosis biasanya tidak terperbaiki dengan waktu, dan membutuhkan operasi sebagai penyembuhan, khususnya operasi plastic dan reconstructive. Operasi ini ditujukan untuk memperkuat otot levator palpebra dan aponeurosis atau menggantungkan palpebra pada muskulus frontalis. Koreksi ptosis dengan operasi pada kasus congenital ptosis dapat dilakukan pada berbagai usia, tergantung dari keparahan penyakitnya. Intervensi awal dibutuhkan jika terdapat tanda–tanda amblyopia dan ocular torticollis. (Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. 1984)

2.2 KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, pekerjaan.
a. Umur : Hordeolum lebih umum pada orang dewasa daripada anak-anak
b. Jenis kelamin : laki-laki > perempuan .(www.emedicine.medscape.com, 9 Mei 2011, 14.25)

II. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan bengkak pada kelopak matanya.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan pada konjuntiva, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak mata yang membengkak, meskipun kadang seluruhnya membengkak. Sebagian besar pasien tidak mengetahui bahwa kemerahan pada konjungtivanya tersebut merupakan tanda awal dari penyakit hordeolum.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pada pasien yang sudah pernah menderita hordeolum, kemungkinan besar dapat berulang jika terkontaminasi bakteri stafilokokus yang menyebabkan mata menjadi berair dan kemerahan pada konjungtiva.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Jika ada anggota keluarga yang menderita hordeolum, kemungkinan besar anggota keluarga yang lain dapat tertular penyakit tersebut karena penyebaran bakteri stafilokokus sangat cepat dan menginfeksi pada kelenjar minyak pada kelopak mata menyebabkan pembentukan nanah dalam lumen kelenjar.

VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pada pasien hordeolum akan terjadi gangguan konsep diri terutama gambaran diri, sehingga pasien akan menarik diri dari lingkungan sosialnya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan tajam penglihatan ( visus ) menggunakan kartu snelen : Huruf, angka, huruf E, arah kaki ( buta huruf- pra sekolah ). Kartu snelen yang ditempatkan 5 – 6 m di tempat yang cukup terang tapi tidak menyilaukan kemudian mata diperiksa sebelah-sebelah.
Penilaian :
o Bila pasien hanya dapat mengenali sampai pada huruf baris yang berkode 20 m dan pasien berjarak 5 m dari kartu maka tajam penglihatan 5 / 20.
o Bila huruf terbesar ( kode 60 m ) tidak terbaca, dekatkan kartu snelen sampai pasien dapat melihat huruf pada jarak berapa.
contoh : Pada jarak 2 m baru dapat mengenal huruf yang terbesar →tajam penglihatan 2 / 60
o Bila huruf terbesar tidak adapat dikenal maka hitung jari : yaitu tangan digerakkan vertikal atau horizontal → dapat mengenal atau tidak.
o Menghitung jari, goyangan tangan, persepsi cahaya oleh mata normal masih dapat dikenal pada jarak terjauh : 60 m, 300m dan tidak terhingga. Maka tajam penglihatan : 1/60, 1/300, 1/∞ .
o Bila persepsi cahaya → dari mana arah cahaya yang datang.
o Bayi / Anak → reaksi meraih benda, arah tetap, reaksi pupil, refleks menghindari cahaya.
b. Kedudukan Bola Mata
• Normal → sejajar ( orthoforia )
• Apakah ada :
1) Exoftalmus ( menonjol keluar )
2) Enoftalmus ( masuk / kebelakang )
3) Estropia ( juling kedalam )
4) Ekstropia ( juling keluar )
c. Gerak Bola mata :
• Apakah terganggu kearah tertentu → Parese
• Apakah ada Nistagmus ( mata bergerak-gerak )
d. Palpebra :
 Superior :
1) Bengkak difus → Sindrom nefrotik, anemia, reaksi alergi, Hipertiroid.
2) Ekimosis (perubahan warna ) → Trauma
3) Merah → radang, tekanan.
4) Ektropion ( kelopak mata melipat keluar )
5) Entropion ( kelopak mata melipat kedalam )
6) Ptosis → Paralisis, meningitis, BBLR.
7) Bengkak berbatas tegas → Kalazion / Herdoulum.
8) Lagoftalmus ( kelopak mata sulit menutup ).
9) Sikatrik, jaringan parut.
 Inferior :
1) Bagaimana fungsi eksresi lakrimal
2) Bengkak, merah, keluar sekret.
e. Konjungtiva :
• Apa ada papil, sikatrik, hordeolum.
• Warna :
1) merah → Peradangan.
2) Pucat → Anemia
3) Kuning → Hati
f. Konea :
 Mikro / makro kornea → Kerosis kornea
 Edema – Keratomalasia ( lembek dan menonjol )
 Erosi – Stapilo kornea ( korneo menonjol )
 Ulkus
 Sikatrik
 Perforasi kornea
g. Sklera :
Normal : Warna putih
Nyeri tekan → robekan kornea.
h. Iris :
 Normal → warna sama kedua mata
 Warna berbeda → kelainan kongenital.
i. Pupil :
• Reaksi terhadap cahaya.
1) Normal → isokor
2) Apakah midriasis / miosis
3) Hipus ( berubah-ubah )
4) Oklusi pupil ( tertutup jaringan karena radang )
5) Seklusi pupil ( seluruh lingkaran pupil melekat pada dataran depan lensa ).
6) Diameter pupil normal → 3-4 mm.
j. Lensa :
 Jernih / keruh
 Letaknya normal / tidak
 Katarak total / parsial

B. DIAGNOSA
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah insisi).
2. Gangguan sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
3. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri , kemungkinan kehilangan penglihatan, kebutuhan tak terpenuhi, bicara negatif tentang diri sendiri.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhungan dengan kurang mengenal sumber, kurang mengingat,salah intepretasi informasi.
5. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer sementara dan kedalaman persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
6. Resiko tinggi nyeri terhadap kerusakan pelaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan pembedahan mata

C. INTERVENSI
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah insisi).
Kemungkinan dibuktikan oleh : tidak di dapat di terapkan, adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual
Hasil yang diharapkan : meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen,eritema,dan demam.
Tindakan /Intervensi
a. Mandiri
1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
R/ Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,mencegah kontaminasi daerah area operasi.
2. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan,ganti balutan,dan masukan lensa kontak bila menggunakan.
R/Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang diopersi.
R/Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
4. Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak mata yang bengkak, drainase purulen,
R/Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi.
b. Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai indikasi:
• Antibiotik (topikal, parenteral, atau subkonjungtival)
R/Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi. Catatan steroid mungkin ditambahkan pada antibiotik topikal bila pasien mengalami inflamasi
• Steroid
R/Digunakan untuk menurunkan inflamasi.
2. Gangguan sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
Kemungkinan di buktikan oleh : Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.
Hasil yang diharapkan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas kondisi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan, mengidentifikasi/ memperbaiki potensial/ bahaya dalam lingkungan.
Tindakan/Intervensi
a. Mandiri
1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
R/Kebutuha individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihtan terjadi lambat dan progesif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur.
2. Orientasikan pasien pada lingkungan, staf, orang lain diareanya.
R/Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.
3. Observasi tanda-tanda disorientasi, pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anatesi.
R/Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat menyebabkan bingung pada orang tua. Menurunkan risiko jatuh bila pasien bingung.
4. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
R/Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
5. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
R/Gangguan penglihata/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan. Catatan : iritasi lokal harus dilaporkan ke dokter , tetapi jangan hentikan penggunaan obat sementara.
3. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri , kemungkinan kehilangan penglihatan, kebutuhan tak terpenuhi, bicara negatif tentang diri sendiri.
Kemungkinan dibuktikan oleh : Ketakutan, ragu-ragu menyatakan masalah tentang perubahan hidup
Hasil yang diharapkan : Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat di atasi, menunjukkan keterampilan dalam pemecahan permasalahan.
Tindakan/Intervensi
a. Mandiri
1. Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
R/Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, pontesial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik.
2. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
R/Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
R/Memberikan kesempatan untuk pasien untuk menerima situasi nyata mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4. Identifikasi sumber/orang yang menolong.
R/Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhungan dengan kurang mengenal sumber, kurang mengingat,salah intepretasi informasi.
Kemungkinan di buktikan oleh : Pertanyaan,pernyataan salah konsepsi ; Tak akurat mengikuti intruksi; Terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan : Menyatakan pemahaman kondisi,prognosis; mengidentifikasi hubungan tanda/ gejala; melakukan prosedur dengan benar.
Tindakan/Intervensi
1. Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, contoh gelang Waspada Medik.
R/Vital untuk memberikan informasi pada perawat pada kasus darurat untuk menurunkan resiko menerima obat yang kontradiksikan.
2. Tunjukkan teknik yang benar untuk pemberian obat tetes mata.
R/Meningkatkan keefektifitasan pengobatan.
3. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal pengobatan.
R/Penyakit ini dapat dikontrol, bukan di obati dan mempertahankan konsistensi progam pengobatan.
4. Identifikasi efek samping/reaksi yang merugikan dari pengobatan
R/ Efek samping obat mempengaruhi rentang dari tak nyaman sampai ancaman kesehatan berat.

5. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer sementara dan kedalaman persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
Batasan karakteristik : observasi terhadap tameng atau pelindung pada salah satu mata, dapat erbemtuk pada perabotan rumah, dapat mengungkapkan kesulitan melihat.
Hasil pasien : mendemonstrasikan tak ada cidera.
Criteria evaluasi : tak ada memar pada kaki, menyangkal jatuh, tak ada tanda manifestasi peningkatan tekanan itraokular atau perdarahan.
Intervensi:
1. Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur tinggi, dan bel pemanggil di samping tempat tidur. Orientasikan ulang pasien terhadap susunan struktur ruangan. Instruksikan pasien untuk member tanda untuk bantuan bila turun dari tempat tidur sampai mampu ambulasi tanpa bantuan.
R/ Beberapa kehilangan kejadian tentang keseimbangan dapat terjadi bila mata ditutup, khususnnya pada lansia.
2. Instruksikan pasien untuk memutar kepala dengan lengkap pada sisi yang di operasi bila berjalan untuk menjamin jalan bebas. Pertahankan tameng/pelindung mata terpasang sesuai arah untuk mencegah cidera kecelakaan pada mata.
R/ Kehilangan penglihatan perifer bila mata ditutup dengan tameng atau pelindung.
3. Mulai tindakan-tindakan untuk mencegah peningkatan TIO :
• Pertahankan kepala tempat tidur tinggi kira-kira 450 unyuk 24 jam pertama
• Ingatkan pasien untuk menghindari batuk, bersin, membungkuk dengan kepala lebih rendah dari panggul, dan mengejan
• Berikan antiemetic sesuai resep untuk keluhan-keluhan mual
• Berikan pelunak feses yang diresepkan bila riwayat konstipasi. Biarkan penggunaan kamar mandi regular daripada pispot karena menggunakan kamr mandi mengakibatkan peningkatan TIO sedikit.
R/ Peningkatan TIO meningkatkan nyeri dan resiko terhadap kerusakan jahitan yang digunakan pada pembedahan mata

6. Resiko tinggi nyeri terhadap kerusakan pelaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan pembedahan mata
Batasan karakteristik : mengungkapkan nyeri ringan dan sensasi gatal pada mata yang di operasi, mengerutkan dahi, merintih
Hasil pasien : mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata
Criteria evaluasi : menyangkal ketidaknyamanan mata, tak ada merintih, ekspresi wajah rileks
Intervensi:
1. Berikan analgesic resep sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifan. Bila tahu dokter bila nyeri mata menetap atau memburuk setelah pemberian obat
R/ Analgesic memblok jaras nyeri. Ketidaknyamanan mata berat menandakan perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera. Ketidaknyamanan ringan diperkirakan
2. Berikan antiinflamasi dan agen antiinfeksi oftalmik yang diresepkan
R/ Untuk menurunkan bengkak dan mencegah infeksi
3. Berikan kompres dingin sesuai pesanan dengan menggunakan teknik aseptic. Ikuti kewaspadaan umum (teknik mencuci tangan yang baik sebelum dan setelah perawatan luka, menggunakan sarung tangan bila berhubungan dengan darah atau cairan tubuh bila terjadi). Jarkan pasien bagaimana memberikan kompres dengan menggunakan teknik aseptic dalam persiapan untuk pulang. Tekankan pentingnya mencuci tangan sebelum perawatan mata di rumah. Jelaskan tujuan kompres
R/ Dingin membantu menurunkan bengkak. Kerusakan jaringan mempredisposisikan pasien pada invasi bakteri

D. IMPLEMENTASI
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah insisi).
a. Mendiskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
b. Menggunakan/ menunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan,ganti balutan,dan memasukan lensa kontak bila menggunakan.
c. Menekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang diopersi.
d. Mengobservasi/mendiskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak mata yang bengkak, drainase purulen.
e. Memberikan obat sesuai indikasi: Antibiotik (topikal, parenteral, atau subkonjungtival), steroid

2. Gangguan sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
a. Menentukan ketajaman penglihatan, mencatat apakah satu atau kedua mata terlibat.
b. Mengorientasikan pasien pada lingkungan, staf, orang lain diareanya.
c. mengobservasi tanda-tanda disorientasi, mempertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anatesi.
d. Melakukan pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, mendorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
e. Memperhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

3. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri , kemungkinan kehilangan penglihatan, kebutuhan tak terpenuhi, bicara negatif tentang diri sendiri.
a. Mengkaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
b. Memberikan informasi yang akurat dan jujur. mendiskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
c. Mendorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
d. Mengidentifikasi sumber/orang yang menolong.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhungan dengan kurang mengenal sumber, kurang mengingat,salah intepretasi informasi.
a. Mendiskusikan perlunya menggunakan identifikasi, contoh gelang Waspada Medik.
b. Menunjukkan teknik yang benar untuk pemberian obat tetes mata.
c. mengkaji pentingnya mempertahankan jadwal pengobatan.
d. Mengidentifikasi efek samping/reaksi yang merugikan dari pengobatan

5. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer sementara dan kedalaman persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
a. Mempertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur tinggi, dan bel pemanggil di samping tempat tidur. Mengorientasikan ulang pasien terhadap susunan struktur ruangan.menginstruksikan pasien untuk memberi tanda untuk bantuan bila turun dari tempat tidur sampai mampu ambulasi tanpa bantuan.
b. Menginstruksikan pasien untuk memutar kepala dengan lengkap pada sisi yang di operasi bila berjalan untuk menjamin jalan bebas. mempertahankan tameng/pelindung mata terpasang sesuai arah untuk mencegah cidera kecelakaan pada mata.
4. Memulai tindakan-tindakan untuk mencegah peningkatan TIO :
• Mempertahankan kepala tempat tidur tinggi kira-kira 450 unyuk 24 jam pertama
• Mengingatkan pasien untuk menghindari batuk, bersin, membungkuk dengan kepala lebih rendah dari panggul, dan mengejan
• Memberikan antiemetic sesuai resep untuk keluhan-keluhan mual
• Memberikan pelunak feses yang diresepkan bila riwayat konstipasi. Membiarkan penggunaan kamar mandi regular daripada pispot karena menggunakan kamr mandi mengakibatkan peningkatan TIO sedikit.

6. Resiko tinggi nyeri terhadap kerusakan pelaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan pembedahan mata
a. Memberikan analgesic resep sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifan. Bila tahu dokter bila nyeri mata menetap atau memburuk setelah pemberian obat
b. Memberikan antiinflamasi dan agen antiinfeksi oftalmik yang diresepkan
c. Memberikan kompres dingin sesuai pesanan dengan menggunakan teknik aseptic. Ikuti kewaspadaan umum (teknik mencuci tangan yang baik sebelum dan setelah perawatan luka, menggunakan sarung tangan bila berhubungan dengan darah atau cairan tubuh bila terjadi). Mengajarkan pasien bagaimana memberikan kompres dengan menggunakan teknik aseptic dalam persiapan untuk pulang. Mene
d. Menekankan pentingnya mencuci tangan sebelum perawatan mata di rumah. Menjelaskan tujuan kompres

E. EVALUASI
1. Penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam.
2. Ketajaman penglihatan dalam batas kondisi individu.
3. Klien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun.
4. Menyatakan pemahaman kondisi,prognosis; mengidentifikasi hubungan tanda/ gejala; melakukan prosedur dengan benar.
5. Tak ada memar pada kaki, menyangkal jatuh, tak ada tanda manifestasi peningkatan tekanan itraokular atau perdarahan.
6. Menyangkal ketidaknyamanan mata, tak ada merintih, ekspresi wajah rileks.

0 komentar: